Sukmawati Soekarnoputri menyatakan bahwa bahan dasar pembuatan sang saka merah putih yang dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dipesan melalui tentara Jepang.
"Diawal kemerdekaan Bapak sudah pesan beberapa gulungan kain dasar warna merah dan putih kepada tentara Jepang, ketika bahan dasar itu didapat, barulah Ibu yang ditugaskan untuk menjahitnya," ujar putri Soekarno (Presiden RI 1945 - 1966) dengan Ibu Fatmawati itu dalam penutupan acara "Merajut Nusantara" di Kota Bengkulu, Sabtu.
Ia mengisahkan, saat itu Ibu Fatmawati dalam keadaan mengandung putra sulung, Guntur Soekarnoputra, sehingga Ibu Fatmawati sesekali terisak dalam tangis sambil menjahit bendera merah putih karena ia tidak percaya Indonesia akhirnya merdeka dan mempunyai bendera dan kedaulatan sendiri.
"Menjahit bendera pusaka, bendera pertama Indonesia adalah takdir dari ibu saya, dan ia adalah putri dari Provinsi Bengkulu," ujarnya.
Dilanjutkannya, di awal kemerdekaan Presiden Soekarno memang telah menyiapkan bendera untuk Indonesia yang bahan dasarnya dipesan pada tentara Jepang, tentu saja tanpa sepengetahuan penjajah jika bahan dasar kain berwarna merah dan putih itu digunakan untuk membuat sebuah bendera bagi bangsa yang sedang dijajah Jepang.
Ia juga mengataka,n pada saat bendera pusaka dikibarkan di istana yang menandakan Indonesia merdeka, Ibu Fatmawati berurai air mata, karena ia menyadari sesuatu yang mustahil telah diraih oleh bangsa Indonesia yakni kemerdekaan.
Ia mengatakan, sejarah Bengkulu dekat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia.
"Merajut Nusantara" merupakan pagelaran menjahit duplikat bendera pusaka merah putih dalam rangka napak tilas perjuangan Ibu Fatmawati, Ibu Fatmawati merupakan tokoh sejarah kunci kemerdekaan Indonesia.
Ibu Fatmawati merupakan putri asli Bengkulu yang menjadi isteri Soekarno pada saat kemerdekaan Indonesia, pada saat itu sejarah mencatat Ibu Fatmawati yang menjahit Bendera Pusaka Merah Putih pertama ketika proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
"Diawal kemerdekaan Bapak sudah pesan beberapa gulungan kain dasar warna merah dan putih kepada tentara Jepang, ketika bahan dasar itu didapat, barulah Ibu yang ditugaskan untuk menjahitnya," ujar putri Soekarno (Presiden RI 1945 - 1966) dengan Ibu Fatmawati itu dalam penutupan acara "Merajut Nusantara" di Kota Bengkulu, Sabtu.
Ia mengisahkan, saat itu Ibu Fatmawati dalam keadaan mengandung putra sulung, Guntur Soekarnoputra, sehingga Ibu Fatmawati sesekali terisak dalam tangis sambil menjahit bendera merah putih karena ia tidak percaya Indonesia akhirnya merdeka dan mempunyai bendera dan kedaulatan sendiri.
"Menjahit bendera pusaka, bendera pertama Indonesia adalah takdir dari ibu saya, dan ia adalah putri dari Provinsi Bengkulu," ujarnya.
Dilanjutkannya, di awal kemerdekaan Presiden Soekarno memang telah menyiapkan bendera untuk Indonesia yang bahan dasarnya dipesan pada tentara Jepang, tentu saja tanpa sepengetahuan penjajah jika bahan dasar kain berwarna merah dan putih itu digunakan untuk membuat sebuah bendera bagi bangsa yang sedang dijajah Jepang.
Ia juga mengataka,n pada saat bendera pusaka dikibarkan di istana yang menandakan Indonesia merdeka, Ibu Fatmawati berurai air mata, karena ia menyadari sesuatu yang mustahil telah diraih oleh bangsa Indonesia yakni kemerdekaan.
Ia mengatakan, sejarah Bengkulu dekat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia.
"Merajut Nusantara" merupakan pagelaran menjahit duplikat bendera pusaka merah putih dalam rangka napak tilas perjuangan Ibu Fatmawati, Ibu Fatmawati merupakan tokoh sejarah kunci kemerdekaan Indonesia.
Ibu Fatmawati merupakan putri asli Bengkulu yang menjadi isteri Soekarno pada saat kemerdekaan Indonesia, pada saat itu sejarah mencatat Ibu Fatmawati yang menjahit Bendera Pusaka Merah Putih pertama ketika proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
sumber : Antara