Situs Batu Silindrik berelief di Kerinci
Budayawan Kerinci, Iskandar Zakaria, mengatakan batu Silindrik berumur 12 ribu tahun yang ditemukan di Kerinci merupakan satu di antara dua batu serupa yang ada di dunia.
"Batu Silindrik yang ditemukan di Kerinci pada 1973 adalah batu peninggalan zaman megalitikum yang sangat langka, yang di Kerinci ini adalah satu diantara dua yang ada di dunia," kata budayawan peneliti budaya Kerinci yang juga petugas perwakilan BP3 Jambi ini, Jumat.
Menurut dia batu Silindrik serupa yang lainnya ditemukan di India, di Kerinci situs batu tersebut ditemukan di beberapa lokasi seperti di Muak, Jujun di kecamatan Keliling Danau, di Desa Lolo Kecil dan Lempur di kecamatan Gunung Raya, dan di Kumun kota Sungaipenuh.
"Saat ditemukan kondisinya masih utuh. Namun batu-batu bernilai sejarah tinggi tersebut mulai dirusak oleh kelompok mayarakat yang menduga adanya tersimpan harta karun di dalam batu sekitar tahun 1990," katanya. Pada situs batu Silindrik yang terdapat antara Desa Lolo dan Desa Talang Kemuning Kecamatan Gunung Raya yang diperkirakan sudah berumur 12 ribu tahun itu sudah rusak karena dipahat warga yang menduga di dalamnya ada emas.
Begitu juga dengan batu Selendrik yang ada di Pulau Sangkar, Lolo Kecil, Lolo Gedang, yang usianya sudah sangat tua. Salah satu indikasinya adalah dengan belum ada relif yang terdapat di batu tersebut selain pahatan ukiran bebas.
Sementara batu-batu megalitik lainnya seperti batu kursi, batu pintu, batu lumpang, batu lesung, batu patah, dan batu gong yangtersebar di berbagai kecamatan juga didapati dalam kondisi yang tidak terawat.
"Batu Kursi yang terdapat di desa Lempur juga sangat unik. Batu kursi ini hanya ada dua buah di Indonesia, selain di kerinci batu ini juga ditemukan di Lombok," terang Iskandar.
Peradaban di Kerinci tida hanya ditandai dengan temuan batu-batu megalitik dan silindrik, tapi juga ditopang pula dengan keberadaan goa-goa bergrafiti, dan artefak-artefak seperti Menhir, Dolmen, kapak batu genggam, beliung batu dan lainnya seperti yang disimpan dimusem pribadi Iskandar Zakaria di kota Sungaipenuh.
"Batu Silindrik yang ditemukan di Kerinci pada 1973 adalah batu peninggalan zaman megalitikum yang sangat langka, yang di Kerinci ini adalah satu diantara dua yang ada di dunia," kata budayawan peneliti budaya Kerinci yang juga petugas perwakilan BP3 Jambi ini, Jumat.
Menurut dia batu Silindrik serupa yang lainnya ditemukan di India, di Kerinci situs batu tersebut ditemukan di beberapa lokasi seperti di Muak, Jujun di kecamatan Keliling Danau, di Desa Lolo Kecil dan Lempur di kecamatan Gunung Raya, dan di Kumun kota Sungaipenuh.
"Saat ditemukan kondisinya masih utuh. Namun batu-batu bernilai sejarah tinggi tersebut mulai dirusak oleh kelompok mayarakat yang menduga adanya tersimpan harta karun di dalam batu sekitar tahun 1990," katanya. Pada situs batu Silindrik yang terdapat antara Desa Lolo dan Desa Talang Kemuning Kecamatan Gunung Raya yang diperkirakan sudah berumur 12 ribu tahun itu sudah rusak karena dipahat warga yang menduga di dalamnya ada emas.
Begitu juga dengan batu Selendrik yang ada di Pulau Sangkar, Lolo Kecil, Lolo Gedang, yang usianya sudah sangat tua. Salah satu indikasinya adalah dengan belum ada relif yang terdapat di batu tersebut selain pahatan ukiran bebas.
Sementara batu-batu megalitik lainnya seperti batu kursi, batu pintu, batu lumpang, batu lesung, batu patah, dan batu gong yangtersebar di berbagai kecamatan juga didapati dalam kondisi yang tidak terawat.
"Batu Kursi yang terdapat di desa Lempur juga sangat unik. Batu kursi ini hanya ada dua buah di Indonesia, selain di kerinci batu ini juga ditemukan di Lombok," terang Iskandar.
Peradaban di Kerinci tida hanya ditandai dengan temuan batu-batu megalitik dan silindrik, tapi juga ditopang pula dengan keberadaan goa-goa bergrafiti, dan artefak-artefak seperti Menhir, Dolmen, kapak batu genggam, beliung batu dan lainnya seperti yang disimpan dimusem pribadi Iskandar Zakaria di kota Sungaipenuh.