JAMBI--Peneliti antropologi urban dari Universitas Diponegoro yang berkunjung ke Jambi, Radjimo menyatakan suku Kerinci yang mendiami dataran tinggi bukit barisan di sekitar Gunung Kerinci bahkan lebih tua dari suku Inka, Indian di Amerika.
"Dari sebuah kesimpulan riset Dr Bennet Bronson peneliti dari AS bersama Tim Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Jakarta pada 1973, yang saya baca malah berpendapat bahwa suku Kerinci bahkan jauh lebih tua dari suku Inka (Indian) di Amerika," katanya, di Jambi, Sabtu. Hal itu berarti suku Kerinci tidak hanya lebih tua dari proto-melayu.
Suku Indian Inka sendiri adalah suku yang salah satu ramalan purbanya tentang kiamat 2012 jadi inspirasi film hollywood yang menghebohkan pada 2009 lalu, diyakini sebagai suku purba yang telah memiliki peradaban tinggi.
Radjimo mempertegas pernyataan budayawan Kerinci Iskandar Zakaria yang menegaskan suku Kerinci jauh lebih tua dari Proto-Melayu yang dirilis sebelumnya dan belakangan sempat mengundang polemik dan kritikan diantara kalangan budayawan, akademisi dan periset di Jambi.
Lebih jauh Radjimo yang datang melakukan riset ke Jambi dalam kapasitasnya sebagai anggota gabungan peneliti Intersepsi di Jakarta tersebut mengungkapkan, salah satu pembuktian yang dikemukakan tim Bennet Bronson itu adalah tentang manusia `Kecik Wok Gedang Wok.
Ia merupakan suku pertama yang telah mendiami dataran tinggi Kerinci lebih dari 10.000 tahun lalu itu, belum mempunyai nama panggilan secara individu sampai masuknya suku Proto-Melayu.
"Sedangkan suku Indian Inka di Amerika yang sebelumnya dianggap sebagai salah satu suku dan ras tertua didunia diketahui pada zaman yang sama sudah memiliki nama, seperti Big Buffalo (Kerbau Besar), Little Fire (Api Kecil) dan lainnya," terang Radjimo.
Maka saat itulah pula gterjadi perpindahan etnis ini dari satu tempat ke tempat lain pada Alam Melayu seperti perpindahan Proto Malaiers (Melayu Tua) ke Alam Kerinci.
Menurut Kern, alam Kerinci saat itu telah didiami oleh manusia, dan mereka penduduk pribumi inilah yang disebut sebagai `Kecik Wok Gedang Wok'.
Namun, saat itu jumlah Proto-Melayu yang lebih dominan dari `Kecik Wok Gedang Wok' menyebabkan kaum pribumi tersebut secara perlahan menjadi lenyap dalam percampuran darah antar pendatang dan pribumi.
Kelompok inilah yang selanjutnya berkembang dan menjadi nenek moyang orang Kerinci modern hingga ke generasi saat ini.
Hal lain yang sering dijadikan sampel penelitian oleh pada peneliti tersebut adalah keragaman bahasa dan dialek di Kerinci. Dengan bahasa yang sangat beragam, sekitar 135 buah dialek, yang dipakai hanya di sepanjang lembah, memperumit penelitian etnografi.
Beberapa penelitian menyebutkan bahawa orang Kerinci termasuk kelompok suku bangsa asli yang mula-mula ada di Sumatera.
Kelompok suku bangsa ini kemudian dikenal dengan `Kecik Wok Gedang Wok' yang diduga telah berada di wilayah `Alam Kerinci semenjak 10.000 tahun silam (Whitten, 1987).
Sumber : REPUBLIKA.co.id